Isi dari matakuliah kurikulum 1967 ini merupakan suatu "revolusi” dan merupakan tonggak baru bagi sejarah Jurusan Teknik Industri. Perubahan ini sungguh drastis dan berkali-kali saya menyakinkan mahasiswa bahwa kurikulum baru ini akan memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi lulusan yang baru. Mahasiswa yang terkena kurikulum baru ini adalah mahasiswa yang diterima sebagai mahasiswa Teknik Industri mulai dan angkatan 1953. Kurikulum 1967 ini baru menghasilkan lulusan sarjana tahun 1969. Kelompok mahasiswa ini diantaranya adalah M. Faisal. Muhammad Halim, Darwis Purba, Nugroho, Ibnu, dan lainnya.
Isi kurikulum yang baru ini memberikan wawasan luas dan baru bag mahasiswa, baik dalam arti isi kuliah maupun tambahan mata kuliah mata kuliah baru. Pengalaman saya sewaktu saya mengambil kuliah Teknik Industri di under graduate di Georgia Institute Technology sangat menolong untuk mengisi kurikulum 1967. Memang mutu lulusan yang dihasilkan dari kurikulum 1967 ini dapat dikatakan sangat bagus dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Tetapi pengorbanan mahasiswa sangat besar yaitu waktu penyelesaian studi hampir dapat dikatakan dengan tahun 2 digit (10 tahun keatas). selain itu pada awal-awal memberikan dampak DO pada mahasiswa yang tak mampu.
Dari angkatan 1953 sampai angkatan 1965 kebanyakan mereka mendekam di ITB dengan waktu lebih dari 10 tahun malah ada yang 23 tahun dan 22 tahun. Halim dan Faisal (angkatan 1961 dan lulus tahun 1969) membutuhkan waktu lulus untuk 8 tahun merupakan lulusan pertama dari kurikulum 1987, sedangkan Surna Tahja dan Gede Rake (1962 s/d 1972) membutuhkan waktu 10 tahun. Untuk lebih jelasnya lihat tabel statistik “Korban Kurikulum 1967”.
Isi kurikulum yang baru ini memberikan wawasan luas dan baru bag mahasiswa, baik dalam arti isi kuliah maupun tambahan mata kuliah mata kuliah baru. Pengalaman saya sewaktu saya mengambil kuliah Teknik Industri di under graduate di Georgia Institute Technology sangat menolong untuk mengisi kurikulum 1967. Memang mutu lulusan yang dihasilkan dari kurikulum 1967 ini dapat dikatakan sangat bagus dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya. Tetapi pengorbanan mahasiswa sangat besar yaitu waktu penyelesaian studi hampir dapat dikatakan dengan tahun 2 digit (10 tahun keatas). selain itu pada awal-awal memberikan dampak DO pada mahasiswa yang tak mampu.
Dari angkatan 1953 sampai angkatan 1965 kebanyakan mereka mendekam di ITB dengan waktu lebih dari 10 tahun malah ada yang 23 tahun dan 22 tahun. Halim dan Faisal (angkatan 1961 dan lulus tahun 1969) membutuhkan waktu lulus untuk 8 tahun merupakan lulusan pertama dari kurikulum 1987, sedangkan Surna Tahja dan Gede Rake (1962 s/d 1972) membutuhkan waktu 10 tahun. Untuk lebih jelasnya lihat tabel statistik “Korban Kurikulum 1967”.
Kondisi tersebut diatas tidak membikin surut mahasiswa-mahasiwa baru untuk masuk Teknik Industri. Mahasiswa Jurusan TI sejak tahun 1968 mahasiswa baru TI berkisar antara 40 kecuali tahun 1970 dan 1971. Malah sejak 1973 meningkat sampai sekitar 90 orang.
Tahun 1969 saya mendapat tugas belajar di Italia dan saya menyelesaikan studi saya pada tahun 1972 (DOAZ).
Perubahan kurikulum yang mendasar terjadi lagi ketika saya baru pulang dan Italy dan menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Industri. Sedangkan Ketuanya adalah Prof Mathias Aroef, yaitu pada tahun 1973. ITB mengubah waktu studi dari 5,5 tahun menjadi 4,5 tahun. Ini merupakan kebalikan dari kejadian tahun 1967. Tentunya mahasiswa banyak diuntungkan dengan adanya kurikulum 1973 ini. Dalam waktu relatif singkat mahasiswa bisa menyelesaikan studinya sekitar 4 5 tahun, Yang diuntungkan untuk kelompok ini antara lain Ali Basyah Siregar, lsa Setasyah dan Senator.
Dalam tahun 1967 ini ada dua peristiwa bersejarah yaitu:
1. Dibentuknya Yametri (Yayasan Teknik Mesin dan Teknik Industri) sebagai suatu gabungan usaha antara Jurusan Teknik Mesin dan Teknik Industri dengan pengurus :
• Ketua : Samudro
• Sekretaris : Anang Z Gani
• Bendahara : Matthias Aroef
Dengan adanya Yametri ini kesejahteraan dosen dan pegawai mengalami peningkatan. Pak Wiranto merasa bersyukur dapat memiliki kulkas pertama atas hasil kerja di Yametri.
2. Dibentuknya Persatuan Ahli Teknik Industri (PERSATI) dengan pengurus sebagai berikut :
• Ketua : Matthias Aroef
• Wakil Ketua : Ahmad Rochael
• Sekretaris Jendral : Anang Z Gani
• Bendahara : Mardi Hartanto
Kebutuhan PERSATI ini sangat diperlukan dalam rangka penyebaran ilmu dan profesi Teknik Industri. Pada saat-saat itu dirasakan sangat sulit untuk diterima ilmu Teknik Industri dimasyarakat karena masih dianggap barang “aneh”. Untungnya dengan adanya PERSATI ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana mengenalkan Teknik Industri.
Tahun 1969 saya mendapat tugas belajar di Italia dan saya menyelesaikan studi saya pada tahun 1972 (DOAZ).
Perubahan kurikulum yang mendasar terjadi lagi ketika saya baru pulang dan Italy dan menjabat sebagai Sekretaris Jurusan Industri. Sedangkan Ketuanya adalah Prof Mathias Aroef, yaitu pada tahun 1973. ITB mengubah waktu studi dari 5,5 tahun menjadi 4,5 tahun. Ini merupakan kebalikan dari kejadian tahun 1967. Tentunya mahasiswa banyak diuntungkan dengan adanya kurikulum 1973 ini. Dalam waktu relatif singkat mahasiswa bisa menyelesaikan studinya sekitar 4 5 tahun, Yang diuntungkan untuk kelompok ini antara lain Ali Basyah Siregar, lsa Setasyah dan Senator.
Dalam tahun 1967 ini ada dua peristiwa bersejarah yaitu:
1. Dibentuknya Yametri (Yayasan Teknik Mesin dan Teknik Industri) sebagai suatu gabungan usaha antara Jurusan Teknik Mesin dan Teknik Industri dengan pengurus :
• Ketua : Samudro
• Sekretaris : Anang Z Gani
• Bendahara : Matthias Aroef
Dengan adanya Yametri ini kesejahteraan dosen dan pegawai mengalami peningkatan. Pak Wiranto merasa bersyukur dapat memiliki kulkas pertama atas hasil kerja di Yametri.
2. Dibentuknya Persatuan Ahli Teknik Industri (PERSATI) dengan pengurus sebagai berikut :
• Ketua : Matthias Aroef
• Wakil Ketua : Ahmad Rochael
• Sekretaris Jendral : Anang Z Gani
• Bendahara : Mardi Hartanto
Kebutuhan PERSATI ini sangat diperlukan dalam rangka penyebaran ilmu dan profesi Teknik Industri. Pada saat-saat itu dirasakan sangat sulit untuk diterima ilmu Teknik Industri dimasyarakat karena masih dianggap barang “aneh”. Untungnya dengan adanya PERSATI ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana mengenalkan Teknik Industri.